Beranda | Artikel
Talbis Iblis Untuk Berpura-Pura Khusyuk
Rabu, 16 Agustus 2023

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary

Talbis Iblis Untuk Berpura-Pura Khusyuk ini adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Talbis Iblis. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary pada Senin, 27 Muharram 1445 H / 14 Agustus 2023 M.

Kajian Tentang Talbis Iblis Untuk Berpura-Pura Khusyuk

Talbis iblis terhadap kaum Sufi terkait sikap pura-pura khusyuk seperti menundukkan kepala, tapi sebenarnya menipu ataupun tidak seperti yang terlihat.

Ibnul Jauzi berkata bahwa ketika rasa takut kepada Allah telah bersemayam di hati seseorang, niscaya hal itu akan melahirkan kekhusyukan pada tampilan lahiriah, dan itu tidak mampu disembunyikannya. Kita akan melihatnya menundukkan kepala, bersikap sopan, rendah hati dan sejenisnya. Demikian itu indikasi yang nampak dari munculnya rasa takut di dalam hati.

Namun para Salaf berusaha keras menutupi tampilan lahiriah ini yang tentunya bersumber dari jiwa yang bersih, bukan kepura-puraan.

Muhammad bin Sirin biasa tertawa pada siang hari dan menangis pada malam hari. Dia menunjukkan seolah-olah beliau tidak dikenali dengan itu. Begitulah para Salaf dahulu berusaha untuk menjauhi popularitas, sehingga orang mengenalinya dengan satu sifat tertentu yang menjadi buah bibir ataupun bahan pembicaraan di tengah-tengah manusia. Mereka berusaha untuk menghindari itu seolah-olah tidak menangis.

Perlu dicamkan meski menukil riwayat Ibnu Sirin ini bukan berarti kita memerintahkan seorang alim untuk bersikap gembira di hadapan khalayak ramai. Karena itu juga bisa menjatuhkan muruah dia juga. Namun ini untuk menjelaskan satu sisi lain, yaitu bagaimana para Salaf dahulu berusaha untuk menyembunyikan sesuatu yang mereka lakukan karena menghindari popularitas. Mereka tidak ingin menjadi buah bibir dan dibicarakan orang. Popularitas itu beban berat yang kadang-kadang menyeret kita memaksakan diri untuk bersikap pura-pura. Ini yang ingin dihindari oleh para Salaf dahulu.

Diriwayatkan dari Ali Radhiyallahu ‘Anhu: “Saat menyampaikan ilmu, kendalikan diri kamu. Ketika menyampaikannya jangan campuri ia dengan tawa, karena perbuatan ini bisa memuakkan hati orang-orang yang mendengarnya.”

Sikap seperti ini bukan riya. Tetapi hati orang-orang awam terlalu polos untuk dapat memahami sikap seorang alim, maka ia tidak boleh permisif terhadap hal-hal mubah. Dengan kata lain, selayaknya ulama menghadapi khalayak dengan sikap yang anggun dan santun.

Terkadang orang tidak melihat apa yang dikatakan seorang alim, tapi mereka merekam apa yang dilakukan kemudian mereka mengambil kesimpulan sendiri. Bahwa berarti hal itu boleh dan dibenarkan. Kemampuan orang awam untuk memahami apa yang disampaikan sangat lemah. Sementara mereka sangat cepat untuk meniru apa yang mereka lihat. Maka dikatakan oleh Imam Ahmad bahwa dari banyak orang-orang yang hadiri majelisnya, hanya segelintir orang yang memahami ilmu dan selebihnya lagi mereka melihat akhlak dan adab. Ini bukan sikap kepura-puraan, tapi untuk satu maslahat agar orang-orang awam itu tidak terfitnah dengan apa yang mereka lihat.

Yang tercela adalah berpura-pura khusyuk, berpura-pura menangis, berpura-pura menundukkan kepala agar dipandang sebagai orang zuhud oleh manusia hingga mereka berebut untuk berjabat tangan dan mencium tangannya. Ini bisa sampai kepada orang-orang awam itu mengkultuskan orang tersebut. Lebih jauh lagi mungkin ada orang awam yang meminta kepadanya. Misalnya meminta doa, lalu dia mendoakannya seakan-akan doanya pasti dikabulkan.

Kita tahu beberapa sahabat yang mustajab doa mereka tidak kita dapati riwayat bahwa orang-orang berbaris di depan pintu rumahnya untuk minta didoakan.

Sebelumnya Ibnul Jauzi menukil riwayat dari Ibrahim An-Nakha’i, bahwa ada seseorang meminta kepadanya: “Tolong doakan kami.” Mendengar hal ini Ibrahim tidak menyukainya dan marah kepada orang itu.

Tentunya riwayat ini harus kita pahami dengan benar. Bukan Ibrahim An-Nakha’i bersikap sombong, arogan, kasar dan menolak permintaan orang ini. Tapi ada indikasi lain yang beliau lihat, bahwa ini akan menjurus kepada pengkultusan, mengagungkan lebih daripada semestinya, dan indikasi-indikasi negatif lainnya.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian dan simak pembahasan yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/53161-talbis-iblis-untuk-berpura-pura-khusyuk/